بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Assalamu'alaikum ....Selamat Datang......di Web.UPTD PENDIDIKAN TK,SD dan PLB Kec.Lengkong Kab Nganjuk...

Sabtu, 30 Maret 2013

Air Terjun Sedudo di Ngliman Kab Nganjuk

clip_image002

Air Terjun Sedudo adalah sebuah air terjun dan obyek wisata yang terletak di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Jaraknya sekitar 30 km arah selatan ibukota kabupaten Nganjuk. Berada pada ketinggian 1.438 meter dpl, ketinggian air terjun ini sekitar 105 meter. Tempat wisata ini memiliki fasilitas yang cukup baik, dan jalur transportasi yang mudah diakses.

Masyarakat setempat masih mempercayai, air terjun in memiliki kekuatan supra natural. Lokasi wisata alam ini ramai dikunjungi orang pada bulan Sura (kalender Jawa). Konon mitos yang ada sejak zaman Majapahit, pada bulan itu dipercaya membawa berkah awet muda bagi orang yang mandi di air terjun tersebut.

Setiap Tahun Baru Jawa, air terjun Sedudo dipergunakan untuk upacara ritual, yaitu memandikan arca dalam upacara Parna Prahista, yang kemudian sisa airnya dipercikan untuk keluarga agar mendapat berkah keselamatan dan awet muda. Hingga sekarang pihak Pemkab Nganjuk secara rutin melaksanakan acara ritual Mandi Sedudo setiap tanggal 1 Suro

Obyek wisata andalan

clip_image004Dengan potensinya sebagai obyek wisata air dan wisata ritual yang sudah berlangsung turun-temurun, Pemerintah Kabupaten Nganjuk menempatkan air terjun Sedudo sebagai ikon dan primadona di wilayah itu. Air terjun Sedudo menjadi obyek wisata andalan daerah.

Tradisi dan upacara mandi bersama atau siraman Sedudo yang berlangsung turun-temurun sejak zaman Majapahit menjadi agenda utama. Tradisi ini dikenal sebagai upacara Prana Prasthista dan menjadi agenda utama daya tarik wisata Sedudo

Legenda
Dulu kawasan Sedudo merupakan tempat pertapaan Ki Ageng Ngaliman, tokoh pelopor penyebaran agama Islam di Nganjuk waktu itu. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, maka setiap bulan Suro sebuah upacara ritual selalu digelar. Ritual yang diberin nama pengambilan Air Sedudo itu diisi dengan acara iring-iringan gadis berambut panjang yang berbusana adat Jawa, berjalan perlahan menuju kolam yang berada tepat di bawah air terjun.

Mereka percaya, air yang mengalir tak henti-hentinya mengalir di Sedudo, bersumber dari tempat keramat, yakni tempat di mana para dewa bersemayam. Tak heran, ketika malam tahun baru Hijriyah 1 Muharram, atau biasa dikenal malam 1 Suro oleh masyarakat Jawa, ribuan pengunjung selalu memadati Sedudo. Di tengah dinginnya air terjun Sedudo, mereka mandi beramai-ramai di kolamnya.

Aspek sejarah lain, khususnya tentang pemanfaatan Sedudo oleh kalangan raja dan ulama di zaman Kerajaan Majapahit dan kejayaan Islam, sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat tentang khasiat air terjun tersebut. Di jaman Majapahit Sedudo sering digunakan untuk mencuci senjata pusaka milik raja dan patih dalam Prana Pratista. Sementara di zaman kerajaan Islam, Sedudo sangat dikenal sebagai kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman.

Kawasan pertapaan

Obyek wisata air terjun Sedudo, selain indah, juga memiliki kisah yang panjang. Di zaman Majapahit, air terjun ini dikabarkan sering digunakan untuk mencuci senjata milik raja dan patung dalam upacara Prana Prasthista. Bahkan, Mahapatih Gajah Mada konon menggunakan lokasi air terjun untuk menggembleng prajurit.

Pada zaman kerajaan Islam, Sedudo dikenal sebagai kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman. penyebar agama Islam di wilayah Nganjuk. Karena itu, dalam perkembangannya, setiap bulan Sura selalu diadakan ritual mandi Sedudo atau siraman Sedudo yang diawali prosesi tarian oleh enam penari berambut panjang yang masih perawan alias dalam keadaan suci.

Jumat, 29 Maret 2013

Menengok Candi Lor dan Candi Ngetos di Kab Nganjuk

Candi Lor
clip_image002
Secara geografis Candi Lor terletak di desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, atau kira-kira 3-4 kilometer arah selatan dari pusat kota Nganjuk. Berdasarkan bukti tertulis yang ditemukan di kompleks candi ini, dapat dikemukakan bahwa Candi Lor ini didirikan oleh Pu Sindok pada tahun 859 Caka atau 937 M sebagai Tugu Peringatan Kemenangan Sindok atas musuhnya dari Melayu.
Secara riil, candi yang menghadap ke barat ini wujudnya sudah tidak berbentuk lagi (sudah sangat rusak). Hal ini disebabkan usia bangunan yang memang sudah sangat tua, bahkan bangunan yang terbuat dari batu merah dan tumbuhnya pohon Kepuh di badan candi yang akar-akarnya mencengkeram dan menghunjam kesegala arah di badan candi sebelah selatan. Candi ini berdiri atas tanah seluas 42 x 39,4 meter 91654 meter persegi), luas soebasemen (alas) 12,4 x 11,5 meter (142,6 meter persegi) dan tinggi candi lebih kurang 9,3 meter.
Krom berpendapat, bahwa candi ini pada awalnya bertingkat dan bersifat Siwais. Dalam candi ini terdapat beberapa area diantaranya Ganesha dan Nandi. Meskipun keadaannya sudah rusak, dapat diperkirakan bahwa candi ini dahulunya mempunyai ruang dalam yang berbentuk segi empat.. Hal ini terlihat adanya sudut siku-siku yang masih tampak di sudut timur laut ruang dalam candi ini.
Sekarang ini, di sebelah barat candi terdapat dua arca yang semuanya sudah tanpa kepala, yang satu diperkirakan arca Ganesha dan yang lain Siwa Mahadewa. Di sebelah barat arca terdapat Lingga dan Yoni, yang keadaannya telah rusak (Yoni telah pecah dan Lingga tinggal sebagian). Di sebelah baratnya lagi terdapat dua buah makam yang oleh penduduk diyakini sebagai makam Yang Karta dan Yang Kerti, abdi kinasih Pu Sindok. Jika benar bahwa benda-benda tersebut asli dari Candi Lor, maka dapat disimpulkan bahwa candi Lor bersifat Siwa.
Pada tahun 1913, di sawah sekitar candi berhasil ditemukan 4 (empat) buah arca yang terbuat dari perunggu, yang menggambarkan pantheon Budhisme, yaitu :
1. Tara Musik, berukuran 7,8 cm, menggambarkan seseorang yang sedang memainkan kecapi yang terbuat dari rotan dalam ekspresi menyanyi dan menari, dengan tugas memuja Dhyani Budha.
2. Bodhisattwa, berukuran 7,8 cm. dalam Budha Mahayana Bodhisattwa dianggap sebagai calon Budha. Tiap-tiap Dhyani Buddha mesti dikelilingi oleh Bodhisattwa. Disini Shyani Budha dikelilingi oleh 4 Bodhisattwa yang disebut Vajradathu Mandala.
3. Dhupa Tara dan Puspha Tara, berukuran 9 cm. Kedua arca ini digambarkan ramping dan sangat indah. Yang satu digambarkan sama dengan Tara Musik, dan yang satunya digambarkan sebagai Dhupa Bunga.
Patung yang diketemukan di dekat Candi Lor ini sangat penting ditinjau dari segi artistik dan ikonografinya (ilmu tentang arca). Susunan pantheonnya sangat khas, yaitu mengungkapkan tradisi kerajaan dengan patung Budha yng menghadap keempat penjuru. Beberapa patung perunggu ini karena keindahannya pernah dipamerkan di Arena Pameran Benda Seni Negeri Jajahan di Paris tahun 1931. Seorang ahli sejarah kuno Indonesia, Dr. FDK. Bosch yang terpesona dengan patung tersebut membandingkan dengan patung Budha Liran Singon di Jepang. Sedangkan ciri-cirinya yang indah itu dibandingkan dengan gambaran pada naskah ikonografi Budha yang ada di Bali. Di kompleks candi ini, diketemukan pula sebuah batu bertulis (prasasti) yang kemudia telah dikenal dengan nama Prasasti Anjuk Ladang. Prasasti ini mula-mula untuk kepentingan penelitian, yang kemudian dibawa ke Kediri (kediaman Residen Kediri) dan sekarang telah disimpan di Museum Nasional dengan nomor koleksi F-59. Prasasti ini berisi maklumat dari seorang pejabat tinggi kerajaan, yang ditulis pada bagian muka 49 baris dan pada bagian belakang terdiri dari 36 baris. Berdasarkan tulisan tersebut dapat dikatakan bahwa prasasti itu dikeluarkan Pu Sindok yang bergelar Sri Maharaja Pu Sindok Sri Isana Dharmotunggadewa pada tahun 859 C atau 937 M. Walaupun Candi Lor keadaannya telah rusak, namun ditempat inilah terdapat salah satu bukti bahwa Nganjuk pernah berperan dalam panggung sejarah nasional. Disini terdapat batu bertulis yang memuat sebutan (toponimi) yang sangat dekat sekali ucapannya dengan Nganjuk, yakni Anjuk Ladang. Candi Lor ini merupakan bukti sejarah tentang keberhasilan Pu Sindok mengalahkan musuhnya, dan sekaligus merupakan Tugu Peringatan (Jayastamba).
Candi Ngetos

clip_image004
a. Letak Geografis dan Wujud Fisik Terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 kilometer arah selatan kota Nganjuk. Bangunannya terletak ditepi jalan beraspal antara Kuncir dan Ngetos. Menurut para ahli, berdasarkan bentuknya candi ini dibuat pada abad XV (jaman Majapahit). Dan menurut perkiraan, candi tersebut dibuat sebagai tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Bangunan ini secara fisik sudah rusak, bahkan beberapa bagiannya sudah hilang, sehingga sukar sekali ditemukan bentuk aslinya.
Berdasarkan arca yang ditemukan di candi ini, yaitu berupa arca Siwa dan arca Wisnu, dapat dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat Siwa–Wisnu. Kalau dikaitkan dengan agama yang dianut Raja Hayam Wuruk, amatlah sesuai yaitu agama Siwa-Wisnu. Menurut seorang ahli (Hoepermas), bahwa didekat berdirinya candi ini pernah berdiri candi berukuran lebih kecil (sekitar 8 meter persegi), namun bentuk keduanya sama. N. J. Krom memperkirakan bahwa bangunan candi tersebut semula dikelilingi oleh tembok yang berbentuk cincin.
Bangunan utama candi tersebut dari batu merah, sehingga akibatnya lebih cepat rusak. Atapnya diperkirakan terbuat dari kayu (sudah tidak ada bekasnya). Yang masih bisa dilihat tinggal bagian induk candi dengan ukuran sebagai berikut : Panjang candi (9,1 m), tinggi badan (5,43 m), tinggi keseluruhan (10 m), saubasemen (3,25 m), besar tangga luar (3,75 m), lebar pintu masuk (0,65 m), tinggi undak menuju ruang candi (2,47 m) dan ruang dalam (2,4 m).
b. Relief
Terdapat empat buah, namun sekarang hanya tinggal satu, yang tiga telah hancur. Pigura-pigura pada saubasemennya (alasnya) juga sudah tidak ada. Dibagian atas dan bawah pigura dibatasi oleh loteng-loteng, terbagi dalam jendela-jendela kecil berhiaskan belah ketupat, tepinya tidak rata, atau menyerupai bentuk banji. Hal ini berbeda dengan bangunan bawahnya yang tidak ada piguranya, sedankan tepi bawahnya dihiasi dengan motif kelompok buah dan ornamen daun.
Disebelah kanan dan kiri candi terdapat dua relung kecil yang diatasnya terdapat ornamen yang mengingatkan pada belalai makara. Namun jika diperhatikan lebih seksama, ternyata suatu bentuk spiral besar yang diperindah. Dindingnya terlihat kosong, tidak terdapat relief yang penting, hanya diatasnya terdapat motif daun yang melengkung ke bawah dan horisaontal, melingkari tubuh candi bagian atas.
Yang menarik, adalah motif kalanya yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8 meter. Kala tersebut masih utuh terletak disebelah selatan. Wajahnya menakutkan, dan ini menggambarkan bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan agaknya dipakai sebagai penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada seluruh percandian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Motif ini sebenarnya berasal dari India, kemudian masuk Indonesia pada Jaman Hindu. Umumnya, di Indonesia motif semacam ini terdapat pada pintu-pintu muka suatu percandian.
c. Arca Candi
Di Candi Ngetos sekarang ini tidak didapati lagi satu arcapun. Namun menurut penuturan beberapa penduduk yang dapat dipercaa, bahwa didalam candi ini terdapat dua buah arca, paidon (tempat ludah) dan baki yang semuanya terbuat dari kuningan. Krom pernah mengatakan, bahwa di candi diketemukan sebuah arca Wisnu, yang kemudian disimpan di Kediri. Sedangkan yang lain tidak diketahui tempatnya. Meskipun demikian bisa dipastikan bahwa candi Ngetos bersifat Siwa-Wisnu, walaupun mungkin peranan arca Wisnu disini hanya sebagai arca pendamping. Sedangkan arca Siwa sebagai arca yang utama. Hal ini sama dengan arca Hari-Hara yang terdapat di Simping, Sumberjati yang berciri Wisnu.
d. Cerita Rakyat
Candi Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak itu, dibangun atas prakarsa Raka Hayam Wuruk. Tujuan pembuatan candi ini sebagai tempat penyimpanan abu jenasahnya jika kelak wafat. Hayam Wuruk ingin dimakamkan disitu karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah Majapahit yang menghadap Gunung Wilis, yang seakan-akan disamakan dengan Gunung Mahameru. Pembuatannya diserahkan pada pamannya Raja Ngatas Angin, yaitu Raden Condromowo, yang kemudian bergelar Raden Ngabei Selopurwotoo. Raja ini mempunyai seorang patih bernama Raden Bagus Condrogeni, yang pusat kepatihannya terletak disebelah barat Ngatas Angin, kira-kira berjarak 15 km.
Diceritakan, bahwa Raden Ngabei Selopurwoto mempunyai keponakan yang bernama Hayam Wuruk yang menjadi Raja di Majapahit. Hayam Wuruk semasa hidup sering mengunjungi pamannya dan juga Candi Lor. Wasiatnya kemudian, nanti ketika Hayam Wuruk wafat, jenasahnya dibakar dan abunya disimpan di Candi Ngetos. Namun bukan pada candi yang sekarang ini, melainkan pada candi yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Konon ceritanya pula, di Ngetos dulu terdapat dua buah candi yang bentuknya sama (kembar), sehingga mereka namakan Candi Tajum. Hanya bedanya, yang satu lebih besar dibanding lainnya. Krom juga berpendapat, bahwa disekitar candi Ngetos ini terdapat sebuah Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk. Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tajung, sebab huruf “ng” dapat berubah menjadi huruf “m” dengan tanpa berubah artinya. Misalnya Singha menjadi Simha dan akhirnya Sima. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono yang menyatakan bahwa setelah Hayam Wuruk meninggal dunia, maka makamnya diletakkan di Tajung, daerah Berbek, Kediri.
Selanjutnya diceritakan, bahwa Raja Ngatas Angin R. Ngabei Selupurwoto mempunyai saudara di Kerajaan Bantar Angin Lodoyo (Blitar) bernama Prabu Klono Djatikusumo, yang kelas digantikan oleh Klono Joyoko. Raja-raja ini ditugaskan oleh Hayam Wuruk untuk membuat kompleks percandian. Raden Ngabai Selopurwoto di kompleks Ngatas Angin menugaskan Empu Sakti Supo (Empu Supo) untuk membuat kompleks percandian di Ngetos. Karena kesaktiannya maka dalam waktu yang tidak terlalu lama tugas tersebut dapat diselesaikan sesuai petunjuk











PENGELOLAAN KELAS

A. Pengertian Pengeloaan Kelas

image

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(Djamarah 2006:175)
“Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan”Dekdibud (dalam Rachman 1997:11). Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Arikunto (dalam Djamarah 2006:175) adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan

Menurut Hamalik (dalam Djamarah 2006:175) ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar

Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:

1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.

2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah2006:176)

Ahmad (1995:1) menyatakan “Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.” Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
Sedangkan menurut Made Pidarta (dalam Djamarah, 2005:172) “Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.” Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. Sudirman (dalam Djamarah 2006:172)” Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas.”kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksiedukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.
“Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.” (Mulyasa 2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:177) ”Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.” Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah .” Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa penelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan.” Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).

Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai

B. Latar Belakang Mengapa Pengelolaan Kelas itu Penting

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa (2006:3) ”Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang yang professional.

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.

Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif.

Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan harus terus-menerus.

Djamaroh (2006:173) menyebutkan ” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.

C. Tujuan Pengelolaan Kelas

Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:

1.Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.

3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.

4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.

Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisian.

Menurutnya sebagai sebuah indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:

1. Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan padanya.

2. Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap siswa akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

· Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

“Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut.
a. Hangat dan Antusias

Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

c. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.

e. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar

f. Penanaman Disiplin Diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

· Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual

Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
a. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.

b. Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

c. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.

e. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
g. Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
h. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.

i. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

· Komponen-Komponen Ketrampilan Pengelolaan Kelas

Komponen-komponen ketrampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan ketrampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.(Djamarah 2006:186)

Ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal terdiri dari ketrampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian kelompok. Ketrampilan suka tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerakan mendekat, memberi pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan. Yang termasuk ke dalam ketrampilan memberi perhatian adalah visual dan verbal. Tetapi memberi tanda, penghentian jawaban, pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian penguatan, kelancaran dan percepatan, merupakan sub bagian dari ketrampilan pemusatan perhatian kelompok.

Masalah modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan masalahkelompok, dan menemukan serta memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, adalah tiga buah strategi yang termasuk ke dalam ruang lingkup ketrampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

· Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan

“Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka, bertumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional.” (Ahmad 1995:14). Oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang menyenangkan.
Menurut Ahmad (1995:14) syarat-syarat kelas yang baik adalah: (1) rapi, bersih, sehat, tidak lembab, (2) cukup cahaya yang meneranginya, (3) sirkulasi udara cukup, (4) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi, dan (4) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
Beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan menurut Ahmad (1997:35) adalah sebagai berikut:
1. Tata Ruang Kelas

Pada prinsipnya sistem belajar yang kita anut di SD adalah sistem klasikal. Tetapi ada beberapa metode mengajar yang tidak selalu memakai sisten klasikal, misalnya metode eksperimen, diskusi kelompok, dan lain sebagainya.
Dalam penataan ruang kelas, almari kelas dapat ditempatkan disamping papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat ditaruh dibelakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk penyimpan piagam,vandel, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi setempat. (Dirjen Dikti, 1996:18).
2. Menata Perabot Kelas

Ahmad (2004:19) menyatakan “ perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan kelas”
Menurut Djauzak Ahmad (2004:20) perabot kelas meliputi : (a) papan tulis, (b) meja kursi guru, (c) meja kursi siswa, (d) almari kelas, (e) jadwal pelajaran, (f) papan absensi, (g) daftar piket kelas, (h) kalender pendidikan, (i) gambar-gambar, (j) tempat cuci tangan, (k) tempat sampah, (l) sapu dan alat pembersih lainnya, dan (m) gambar-gambar alat peraga.
Dari pendapat Ahmad dapat diuraikansebagai berikut:
a. Papan Tulis

Papan tulis harus cukup besar dan permukaan dasarnya harus rata.Warna dasar papan tulis yang mulai menipis atau belang harus segera di cat ulang. Papan tulis harus ditempatkan di depan dancukup cahaya. Penempatannya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga siswa yang duduk dibelakang masih melihat atau membaca tulisan yang paling bawah
b. Meja kursi Guru

Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standart yang ada, meja guru berlaci dan ada kuncinya, meja kursi guru ditempatkan di tempat strategis, misalnya di kanan atau di kiri papan tulis, supaya tidak menghalangi pandangan siswa ke papan tulis.

c. Meja kursi Siswa

Meja kursi siswa ditata sedemikian rupa sehinggga dapat menciptakan kondidsi kelas yang menyenangkan, ukuran mejadan kursi disesuaikan dengan ukuran badan siswa dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku.
d. Alamari Kelas

Alamari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis atau sebelah kiri atau kanan dinding bisa juga diletakkan di sebelah meja guru.

e. Jadwal Pelajaran

Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat.
f. Papan Absensi

Papan absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding samping kelas. Guru juga harus memiliki catatan daftar hadir siswa di buku khusus, karena daftar hadir di papan diganti setiap hari sesuai keadaan.

g. Daftar Piket kelas

Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi.
h. Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat.
i. Gambar-Gambar

Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambing burung Garuda Pancasila ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis, posisi penempatannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
j. Tempat Cuci Tangan dan Lap Tangan

Tempat cuci tangan dan lap tangan diletakkan di depan kelas dekat pintu masuk.

k. Tempat sampah

Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan dengan kebutuhan.

http://www.sekolahdasar.net/2008/12/latar-belakang-mengapa-pengelolaan.html

Rabu, 27 Maret 2013

PARADIGMA BARU KECERDASAN MANUSIA

imagesSelama ini, yang namanya “kecerdasan” senantiasa dikonotasikan dengan “Kecerdasan Intelektual” atau yang lazim dikenal sebagai IQ (Intelligence Quotient).
Namun pada saat ini, anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya tertumpu pada dimensi intelektual saja sudah tidak berlaku lagi. Selain IQ, manusia juga masih memiliki dimensi kecerdasan lainnya, yaitu : Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient).

Memasuki abad 21, legenda IQ (Intelligence Quotient) sebagai satu-satunya tolok ukur kecerdasan yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan manusia, digugurkan oleh munculnya konsep Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient). Kecerdasan manusia ternyata lebih luas dari anggapan yang dianut selama ini. Kecerdasan manusia bukanlah merupakan suatu hal yang bersifat dimensi tunggal semata, yang hanya bisa diukur dari satu sisi dimensi saja (dimensi IQ). Kesuksesan manusia dan juga kebahagiaannya, ternyata lebih terkait dengan beberapa jenis kecerdasan selain IQ. Menurut hasil penelitian, setidaknya 75% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya (EQ) dan hanya 4% yang ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya (IQ). Gay Hendrick, PhD dan Kate Ludeman, PhD, keduanya konsultan manajemen senior, mengadakan sebuah penelitian pada 800-an manajer perusahaan yang mereka tangani selama 25 tahun. Dari hasil penelitian disimpulkan, bahwa para pemimpin yang sukses ternyata lebih mengamalkan nilai-nilai rohaniah atau nilai-nilai sufistik ketimbang pengedepankan sisi intelektual semata.

Pengertian EQ

Istilah kecerdasan emosi (EQ) baru dikenal secara luas pada pertengahan tahun 1990 dengan diterbitkannya buku Darnel Goleman : Emotional Intelligence.
Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi (Emotional Intellegence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Menggunakan ungkapan Howard Gardner, kecerdasan emosi terdiri dari kecakapan, diantaranya : intrapersonal intelligence dan interpersonal intellegence. Intrapersonal intelligence merupakan kecakapan mengenali perasaan kita sendiri yang terdiri dari:

- Pertama; kesadaran diri meliputi : keadaan emosi diri, penilaian pribadi dan percaya diri.

- Kedua; pengaturan diri meliputi : pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada adaptif dan inovatif.

- Ketiga; motivasi meliputi : dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis.
Sedangkan interpersonal intelligence merupakan kecakapan berhubungan dengan orang lain yang terdiri dari :

- Pertama; empati meliputi : memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis

- Kedua; ketrampilan sosial meliputi : pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan koperasi serta kerja team.

Tiga langkah kembangkan EQ (Emotional Quotient)

Langkah 1. Membuka hati: ini adalah langkah pertama karena hati adalah simbol pusat emosi. Hati kitalah yang merasa damai saat kita berbahagia, hati kita merasa tidak nyaman ketika sakit, sedih, marah atau patah hati. Kita mulai dengan membebaskan pusat perasaan kita dari impuls dan pengaruh yang membatasi kita untuk menunjukkan cinta satu sama lain.

Langkah 2. Menjelajahi dataran emosi: sekali kita telah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam kehidupan. Kita dapat berlatuh cara mengetahui apa yang kita rasakan. Kita mengetahui emosi yang dialami orang lain. Singkatnya, kita menjadi lebih baik dan bijak menanggapi perasaan kita dan perasaan orang di sekitar kita.

Langkah 3. Mengambil tanggung jawab: untuk memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan, kita harus mengambil tanggung jawab. Kita dapat membuka hati kita dan memahami peta dataran emosional orang di sekitar kita.

Pengertian SQ (Spiritual Quotient)

Menurut Danah Zohar, kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Pandangan lain juga dikemukakan oleh Muhammad Zuhri, bahwa SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.

Tujuh Langkah Kembangkan SQ

  1. Kita harus menyadari ada dimana kita sekarang. Langkah ini untuk menggali kesadaran diri, yang pada gilirannya menuntut kita menggali kebiasaan merenungkan pengalaman diri maupun orang lain.
  2. Jika dari hasil renungan mendorong kita untuk merasa bahwa kita dapat lebih baik maka tentunya harus ada keinginan pada diri kita untuk merubah diri.
  3. Kita harus mengenali diri sendiri, letak pusat kita dan motivasi kita yang paling dalam.
  4. Apakah penghalang yang merintangi kita? Apa yang mencegah kita sehingga menjalani kehidupan di luar pusat kita. Buatlah daftar penghambat dan kembangkan pemahaman tentang cara menyingkirkan hambatan itu.
  5. Praktik atau disiplin apa yang kita ambil?
  6. Sekali lagi renungkan setiap hari apakah ada makna disitu ?
  7. Sementara kita melangkah di jalan kita sendiri, namun sadarlah bahwasanya masih ada jalan lain untuk kita tempuh.

Kembangkan Secara Harmonis :

Secara singkat telah diuraikan, bahwa manusia mempunyai tiga dimensi kecerdasan, yakni : Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Ketigatiganya hendaknya dikembangkan secara harmonis atau dengan kata lain secara seimbang, serasi dan juga sinergis. Tujuan pengembangan itu tidak lain adalah untuk melejitkan ketiga-tiganya. Itulah yang sekarang diperkenalkan oleh Ir. Agus Nggermanto dengan Konsep Kecerdasan Quantum (Quantum Quotient). Manusia yang ketiga dimensi kecerdasan atau kemampuan dirinya sudah dikembangkan melalui konsep Quantum Quotient (QQ) menurutnya akan menjadi “manusia Quantum”. Pengejawantahan dari manusia Quantum adalah manusia yang tidak hanya jitu IQ nya, tetapi juga matang EQ dan SQ nya.©

rujukan 

http://suluk.blogsome.com/2005/06/21/ulasan-kritis-terhadap-model-model-kecerdasan-berbasis-neuroscience-iq-eq-dan-sq

Senin, 25 Maret 2013

Serat Aji Pamasa Beserta Maknanya

Pemimpin, kata Ki Hadjar Dewantara adalah kebijaksanaan. Oleh karenanya dalam implementasinya kepemimpinan harus dibawah pimpinan kebijaksanaan. Inilah salah satu ciri kepemimpinan demokratis. Lain halnya kalau kepemimpinan dibawah kebijaksanaan pimpinan, maka sifat otoriternya lebih kental. Demikianlah seharusnya democratie met leaderschaap dimaknai dalam kekinian sebagaimana konsepsi Sifat, Bentuk, Isi, Irama (SBII). Sifat hakekat harus dipertahankan, sedang bentuk, isi dan irama didorong untuk selalu berubah nut ing jaman kelakone.

Bagi seorang pemimpin, kebijaksanaan itu dilambari piwulang luhur. Salah satunya ialah ajaran Hasta Brata yang termuat dalam Serat Aji Pamasa (Pedhalangan) karya Raden Ngabehi Rangga Warsita. Pemimpin dituntut ngerti, ngrasa, dan nglakoni (Tri-Nga) 8 (delapan) watak alam. Hasta berarti delapan, brata berarti laku atau watak.

  1. Watak Surya atau srengenge (matahari); sareh sabareng karsa, rereh ririh ing pangarah.
  2. Watak Candra atau rembulan (Bulan); noraga met prana, sareh sumeh ing netya, alusing budi jatmika, prabawa sreping bawana.
  3. Watak Sudama atau lintang (Bintang); lana susila santosa, pengkuh lan kengguh andriya. Nora lerenging ngubaya, datan lemeren ing karsa. Pitayan tan samudana, setya tuhu ing wacana, asring umasung wasita. Sabda pandhita ratu tan kena wola wali.
  4. Watak Maruta atau angin (Udara yang bergerak); teliti setiti ngati-ati, dhemen amariksa tumindake punggawa kanthi cara alus.
  5. Watak Mendhung atau mendhung (Awan hujan); bener sajroning paring ganjaran, jejeg lan adil paring paukuman.
  6. Watak Dahana atau geni atau latu (Api); dhemen reresik regeding bawana, kang arungkut kababadan, kang apateng pinadhangan.
  7. Watak Tirta atau banyu atau samodra (Air); tansah paring pangapura, adil paramarta. Basa angenaki krama tumraping kawula.
  8. Watak pratala atau bumi atau lemah (Tanah); tansah adedana lan karem paring bebungah marang kawula.

Makna Hasta Brata atau delapan watak alam tersebut secara mudah dapat diartikan sebagai berikut :

  1. Watak Matahari: mempunyai sifat panas, penuh energi dan pemberi daya hidup. Artinya, setiap umat terlebih-lebih tokoh atau pimpinan tak terkecuali tokoh agama, harus dapat berfungsi laksana matahari, yaitu dapat memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan atau kepada anak buah yang dipimpinnya.
  2. Watak Bulan: mempunyai wujud indah dan menerangi dalam kegelapan. Artinya, kita harus dapat berfungsi laksana bulan yaitu dapat menyenangkan dan memberi terang dalam kegelapan bagi mereka yang membutuhkan.
  3. Watak Bintang: mempunyai bentuk yang indah dan menjadi hiasan diwaktu malam yang sunyi serta mempunyai sifat menjadi kompas pedoman bagi mereka yang kehilangan arah. Artinya, kita harus dapat berfungsi laksana bintang yaitu bertaqwa dan dapat menjadi contoh tauladan serta dapat menjadi pedoman (panutan) bagi anak buahnya, dapat menjadi kompas (petunjuk arah) bagi mereka yang membutuhkan.
  4. Watak Angin: mempunyai sifat mengisi setiap ruangan yang kosong walaupun tempat rumit sekalipun. Artinya, kita harus dapat berfungsi laksana angin yaitu dapat melakukan tindakan yang teliti, cermat, mau ber-incoqnito atau turun ke lapangan untuk menyelami kehidupan masyarakat bawah.
  5. Watak Mendung: mempunyai sifat menakutkan (wibawa) tetapi sesudah menjadi air (hujan) dapat menghidupkan segala yang tumbuh. Artinya, kita harus dapat berfungsi laksana mendung, yaitu berwibawa tetapi dalam tindakannya harus dapat memberi manfaat bagi sesamanya.
  6. Watak Api: mempunyai sifat tegak dan sanggup membakar apa saja yang bersentuhan dengannya. Artinya,kita harus dapat berfungsi laksana api, yaitu dapat bertindak tegas, adil, mempunyai prinsip tanpa pandang bulu.
  7. Watak Samudra: mempunyai sifat luas, rata, berbobot. Artinya, kita harus dapat berfungsi laksana samudra, yaitu mempunyai pandangan yang luas, rata dan sanggup menerima persoalan apapun dan tidak boleh membenci terhadap sesama.
  8. Watak Bumi: mempunyai sifat sentosa dan suci. Artinya, kita harus dapat berfungsi laksana bumi, yaitu sentosa budinya dan jujur serta mau memberi anugerah kepada siapa saja yang telah berjasa terhadap tanah air dan bangsa.

Piwulang hasthabrata dalam pedhalangan terdapat dalam lakon Wahyu Makutharama, diajarkan oleh Begawan Kesawasidi (Prabu Kresna) kepada Raden Arjuna, sebagai beriku

  1. “ … kapisan bambege surya, tegese sareh ing karsa, derenging pangolah nora daya-daya kasembadan kang sinedya. Prabawane maweh uriping sagung dumadi, samubarang kang kena soroting Hyang Surya nora daya-daya garing. Lakune ngarah-arah, patrape ngirih-irih, pamrihe lamun sarwa sareh nora rekasa denira misesa, ananging uga dadya sarana karaharjaning sagung dumadi.
  2. Kapindho hambege candra yaiku rembulan, tegese tansah amadhangi madyaning pepeteng, sunare hangengsemake, lakune bisa amet prana sumehing netya alusing budi anawuraken raras rum sumarambah marang saisining bawana.
  3. Katelu hambeging kartika, tegese tansah dadya pepasrening ngantariksa madyaning ratri. Lakune dadya panengeraning mangsa kala, patrape santosa pengkuh nora kengguhan, puguh ing karsa pitaya tanpa samudana, wekasan dadya pandam pandom keblating sagung dumadi.
  4. Kaping pate hameging hima, tegese hanindakake dana wesi asat; adil tumuruning riris, kang akarya subur ngrembakaning tanem tuwuh. Wesi asat tegese lamun wus kurda midana ing guntur wasesa, gebyaring lidhah sayekti minangka pratandha; bilih lamun ala antuk pidana, yen becik antuk nugraha.
  5. Kalima ambeging maruta, werdine tansah sumarambah nyrambahi sagung gumelar; lakune titi kang paniti priksa patrape hangrawuhi sakabehing kahanan, ala becik kabeh winengku ing maruta.
  6. Kaping nem hambeging dahana, lire pakartine bisa ambrastha sagung dur angkara, nora mawas sanak kadang pawong mitra, anane muhung anjejegaken trusing kukuming nagara.
  7. Kasapta hambeging samodra, tegese jembar momot myang kamot, ala becik kabeh kamot ing samodra; parandene nora nana kang anabet. Sa-isene maneka warna, sayekti dadya pikukuh hamimbuhi santosa.
  8. Kaping wolu hambeging bantala, werdine ila legawa ing driya; mulus agewang hambege para wadul. Danane hanggeganjar myang kawula kang labuh myang hanggulawenthah.

Setiap pemimpin yang tidak mampu melaksanakan Hasta Brata bagai raja tanpa mahkota. Tetapi sebaliknya, rakyat jelata yang dalam hidupnya mampu melaksanakan Hasta Brata, berarti ia adalah rakyat jelatan yang bermahkota, ialah manusia yang luhur budi pekertinya.

rujukan :  Ki Sugeng Subagya http://susub.blogspot.com/2009/01/ajaran-hasta-brata-dalam-serat-aji.html

Buku 2 Pedoman PK Guru

Minggu, 24 Maret 2013

contoh SK SKL SD kec lengkong

PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA DAERAH

SEKOLAH DASAR NEGERI..............................

KECAMATAN LENGKONG

 

Alamat :.......................................................................

 

 

KEPUTUSAN

KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI.......................................

Nomor : 422.1/      /411.201.16.      /2013     

Tentang

KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK

SEKOLAH DASAR NEGERI............................

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

 

Menimbang                   :     bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 4 dan pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2012 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Sekolah dan Ujian Nasional  perlu ditetapkan Keputusan Kepala Sekolah tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik Sekolah Dasar Negeri........................ Tahun Pelajaran 2012/2013.

 

Mengingat                   :    1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Nomor 23 Tahun 26 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permen Diknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006;

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tanggal 16 Januari 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Sekolah dan Ujian Nasional;

7. Peraturan BSNP Nomor: 0021/P/BSNP/I/2013 tanggal 29 Januari 2013 tentang Prosedur Operasional Standar (POS) Ujian Nasional Sekolah Dasar, Sekolah Ibtidaiyah, Dan Sekolah Dasar Luar Biasa Tahun Pelajaran 2013/2013;

Memperhatikan     :         1.  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDN................... Tahun Pelajaran 2012/2013;

                                    2.      Hasil Rapat Dewan Pendidik dan Pengurus Komite SDN ............................ tentang Penetapan Standar Kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Nasional pada tanggal ........................................ dan Rapat Sosialisasi Ujian Sekolah dan Ujian Nasional di SDN..................................tanggal..............

 

 

 

 

MEMUTUSKAN

 

Menetapkan            :  KEPUTUSAN KEPALA SDN............................................... TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK SDN.................................. TAHUN PELAJARAN 2013/2013.

Pertama                  : Menetapkan Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari SDN................................Tahun Pelajaran 2013/2013.

Kedua                    : Menetapkan Nilai Batas Kelulusan Minimal (NBKS) Ujian Sekolah (US) dan Ujian Nasional (UN) SDN................................Tahun Pelajaran 2013/2013.

Ketiga                     : Kriteria Kelulusan Peserta Didik dan Nilai Batas Kelulusan Minimal (NBKS) sebagaimana dimaksud pada diktum pertama dan kedua terlampir dalam keputusan ini.

Keempat                 : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

              

                                                                          Ditetapkan di ......................

                                                                         Pada tanggal .........................

                                       

                                       Kepala Sekolah

 

 

 

 

 

 

                                        .......................................

                                                                                                

 

 

 

 

 

 

 

 

Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada:

1, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga Drh Kab Nganjuk,

2. Kepala UPTD Pendidikan TK,SD dan PLB Kec Lengkong

3. Ketua Komite SDN.................................

4. Arsip

 

 

 


LAMPIRAN ; KEPUTUSAN KEPALA SDN................

                        Nomor : 422.1/      /411.201.16.      /2013       Tanggal :       

Tentang: Kriteria Kelulusan SDN..........

                 TA: 2012/2013

 

 

A. NILAI BATAS KELULUSAN MINIMAL UJIAN SEKOLAH DAN UJIAN NASIONAL

1. Kelulusan Peserta Didik dari Ujian Sekolah (US)  ditetapkan berdasarkan perolehan Nilai Ujian Sekolah  (NS).

2.  Kelulusan Peserta Didik dari Ujian Nasional (UN) ditetapkan berdasarkan perolehan Nilai Akhir (NA).

3.  Nilai Sekolah (NM) adalah nilai yang diperoleh dari  rata-rata gabungan nilai Ujian Sekolah (US)  dan nilai rata-rata rapor semester 7, 8, 9, 10, dan 11 dengan pembobotan 60%  (enam puluh persen) untuk nilai US  dan 40% (empat puluh persen) untuk nilai rata-rata rapor.

2.  Nilai Akhir (NA) adalah nilai yang diperoleh dari  nilai rata-rata gabungan Nilai Sekolah (NS) dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan nilai Ujian Nasional (UN) dengan formula 60% (enam puluh persen) nilai UN dan 40% (empat puluh persen) NS.

3.  Nilai Batas Kelulusan Minimal (NBKS) untuk NM dan NA adalah sebagai berikut:

 

NO.

MATA PELAJARAN / MUATAN LOKAL

NBKS

A.

Ujian Sekolah (US)

NS

1.

Pendidikan Agama Islam

 

2.

Pendidikan Kewarganegaraan

 

3

Bahasa Indonesia

 

4

Matematika

 

5

Ilmu Pengetahuan Alam

 

6

Ilmu Pengetahuan Sosial

 

7

Seni Budaya dan Ketrampilan

 

8

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

 

9

Muatan Lokal

 

 

a. Bahasa Jawa

 

 

b. Bahasa Inggris

 

B.

Ujian Nasional (UN)

 

1.

Bahasa Indonesia

 

2.

Matematika

 

3.

Ilmu Pengetahuan Alam

 

 

B.  KRITERIA KELULUSAN

1. Kriteria Kelulusan adalah persyaratan pencapaian minimal untuk dinyatakan lulus.

2.  Kriteria Kelulusan peserta didik meliputi Kelulusan Ujian Nasional, Kelulusan Ujian Sekolah, dan Kelulusan dari Satuan Pendidikan.

3.  Peserta didik dinyatakan Lulus Ujian Nasional (UN) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a.     Mengikuti UN untuk seluruh mata pelajaran yang diujinasionalkan;

b.    Memperoleh Nilai Akhir (NA) tidak kurang dari NBKS NA sebagaimana tersebut dalam ketentuan huruf A.

4.  Peserta didik dinyatakan Lulus Ujian Sekolah (US)  apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a.     Mengikuti US untuk seluruh mata pelajaran yang diujiSekolahkan;

b.    Memperoleh Nilai Sekolah (NS) tidak kurang dari NBKS NS sebagaimana tersebut dalam ketentuan huruf A.

5.  Peserta didik dinyatakan Lulus dari SDN................... apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a.     Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

b.    Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran :

1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,

2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,

3) kelompok mata pelajaran estetika, dan 

4) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan,

c.     Lulus US untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

d.    Lulus Ujian Nasional (UN);

e.     Berkelakuan minimal baik yang ditetapkan berdasarkan rapat Dewan Pendidik.

5.  Peserta didik yang dinyatakan Lulus dari SDN.......................................berhak menerima dokumen peserta didik dan kelulusan sebagai berikut:

a.     Bukti kelulusan beserta daftar nilai ujian berupa Ijazah;

b.    Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN);

d.    Buku Laporan Hasil Belajar (Rapor);

6.  Peserta didik yang dinyatakan Tidak Lulus dari SDN.......................................harus mengulang dan mengikuti proses pembelajaran di Kelas VI.

                                                     Ditetapkan di .......................

                                                    Pada tanggal .........................

                               Kepala Sekolah

 

 

 

 

 

 

                                         .......................................

                                                     NIP:                                       

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA DAERAH

SEKOLAH DASAR NEGERI..............................

KECAMATAN LENGKONG

 

Alamat :.......................................................................

BERITA ACARA

Nomor: ...........................

 

RAPAT DEWAN PENDIDIK

TENTANG PENENTUAN KELULUSAN PESERTA  DIDIK

SDN................................KEC LENGKONG KAB NGANJUK

TAHUN PELAJARAN 2013/2013

 

            Pada hari ini ..................... tanggal ........................ bulan ................ tahun Dua Ribu Dua Belas, pukul 08.00 sampai dengan 09.30 WIB, bertempat di Ruang Guru, berdasarkan ketentuan pasal 7 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2012 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Sekolah dan Ujian Nasional telah dilaksanakan Rapat Dewan Pendidik/Guru pada SDN................................dalam rangka menetapkan Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan SDN................................Tahun Pelajaran 2013/2013.

            Rapat dihadiri oleh ............. orang (Daftar Hadir terlampir) dengan kegiatan sebagai berikut:

  1. Pembukaan;
  2. Penjelasan Keputusan Kepala SDN................................Nomor: ............................... tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik SDN................................Tahun Pelajaran 2013/2013;
  3. Penyampaian informasi dan sosialisasi Ujian Sekolah dan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2013/2013 dan masukan serta pendapat dari peserta rapat;
  4. Penetapan Kelulusan Peserta Didik dari SDN................................Tahun Pelajaran 2013/2013;
  5. Penutup/Doa.

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

 

          Kepala Sekolah                                          ......................,..............2013

         Selaku Ketua Sidang,                                       Penulis/Notulis,     

 

 

 

 

 

----------                              ......................................

 

 

 

 

 

PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA DAERAH

SEKOLAH DASAR NEGERI..............................

KECAMATAN LENGKONG

 

Alamat :.......................................................................

 

DAFTAR HADIR RAPAT DEWAN PENDIDIK

TENTANG PENENTUAN KELULUSAN PESERTA DIDIK

SDN................................KEC LENGKONG KAB NGANJUK

TAHUN PELAJARAN 2013/2013

 

  1.  Hari/Tanggal                                  :         

  2.  Tempat                                           :         

  3.  Ketua Sidang Rapat                      :

  4.  Jumlah hadir                                  :

  5.  Rapat Pleno dimulai pada pukul   :          WIB.

  6.  Rapat Pleno diakhiri pada pukul   :                   WIB.

      

NO.

NAMA

JABATAN / UNSUR

TANDA TANGAN

 

 

 

1.

 

 

 

2.

 

 

 

3.

 

 

 

4.

 

 

 

5.

 

 

 

6.

 

 

 

7.

 

 

 

8.

 

 

 

9.

 

 

 

10.

 

 

 

11.

 

 

 

12.

 

 

 

13.

     Kepala Sekolah                                          ......................,..............2013

         Selaku Ketua Sidang,                                       Penulis/Notulis,     

 

 

 

 

 

----------                              ......................................