بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Assalamu'alaikum ....Selamat Datang......di Web.UPTD PENDIDIKAN TK,SD dan PLB Kec.Lengkong Kab Nganjuk...

Rabu, 31 Juli 2013

Menyambut Lailatul Qadar

Bersemangatlah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan

Sepertiga terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat yang penih dengan kebaikan dan keutamaan serta pahala yang melimpah. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Suri tauladan kita, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dahulu bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan amalan melebihi waktu-waktu lainnya. Sebagaimana yang dikatakan Aisyah radhiyallohu’anha, “Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim).

Aisyah radhiyallohu’anha juga mengatakan, “Apabila Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau) menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keutamaan Lailatul Qodar
Diantara kemuliaan tersebut adalah Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Quran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang member peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”
 (QS. Ad Dukhan : 3-4).
Sebagaimana juga yang difirmankan Alloh dalam surat Al Qadr. Allah berfirman yang artinya, 
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.”
( QS. Al Qadar : 1 )
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya yang artinya, 
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril denga izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu pebuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar : 3-5 ).

Kapan Lailatul Qadar terjadi ?
Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam,”Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).

Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana hadits dari Ibnu Umar radhiyallohu’anhuma bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim).

Dan yang memilih pendapat bahwa malam lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallohu’anhu. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan aktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Hal ini tergantung kehendak dan hikmah Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada Sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari).

Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar diantaranya adalah agar terbedakan antara orang yag bersungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan demikian mereka semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang penuh keberkahan ini.

Doa di malam Lailatul Qadar
Memeprbanyak doa pada malam Lailatul Qadar, sangatlah dianjurkan. Terlebih doa yang dianjurkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah radhiyallohu’anha berkata, “Katakanlah padaku wahai Rasulullah, apapendapatmu jika aku mengetahui suatu malam lailatul qadar. Apa yangaku katakan di dalamnya?”Beliau menjaab, “Katakanlah : Allohumma innaka ‘affuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni ( artinya : Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Ash Shohihah).

Tanda Malam Lailatul Qadar
[1] Udara dan angin terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas radhiyallohu’anhuma Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan Nampak kemerah-merahan.”
 (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh/terpercaya).
[2] Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah , yang tidak didapatkan pada hari-hari yan lain.
[3] Manusia dapat melihat malam mini dalam mimpinya sebagaimana pernah terjadi pada sebagian sahabat.
[4] matahari akan terbit apda pagi hari dalam keadaan cerah, jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
“Subuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II / 149-150)

[ sumber : buletin dakwah at Tauhid, 12 Ramadhan 1429 / 12 September 2008 ]

 

Selasa, 28 Mei 2013

Istri Yang Di Anggap Durhaka Kepada Suami

 

 

clip_image002

Apabila dipanggil oleh suaminya ia tidak datang.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:“Apabila suami memanggil isterinya ke tempat tidur. ia tidak datang nescaya malaikat melaknat isteri itu sampai Subuh.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

clip_image004

Membantah suruhan atau perintah suami.
Sabda Rasulullah SAW: ‘Siapa saja yang tidak berbakti kepada suaminya maka ia mendapat laknat dan Allah dan malaikat serta semua manusia.”

Bermuka masam terhadap suami.
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja perempuan yang bermuka masam di hadapan suaminya berarti ia dalam kemurkaan Allah sampai ia senyum kepada suaminya atau ia meminta keredhaannya.”

Jahat lidah atau mulut pada suami.
Sabda Rasulullah SAW: “Dan ada empat golongan wanita yang akan dimasukkan ke dalai Neraka (diantaranya) ialah wanita yang kotor atau jahat lidahnya terhadap suaminya.”

clip_image006

Membebankan suami dengan permintaan yang diluar kemampuannya.

Keluar rumah tanpa izin suaminya.
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa ijin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya redha terhadapnya.” (Riwayat Al Khatib)

clip_image007

Berhias ketika suaminya tidak disampingnya.
Maksud firman Allah: “Janganlah mereka (perempuan-perempuan) menampakkan perhiasannya melainkan untuk suaminya.” (An Nur 31)

Menghina pengorbanan suaminya.
Maksud Hadis Rasulullah SAW: “Allah tidak akan memandang (benci) siapa saja perempuan yang tidak berterima kasih di atas pengorbanan suaminya sedangkan dia masih memerlukan suaminya.”

clip_image009

Mengijinkan masuk orang yang tidak diijinkan suaminya ke rumah
maksud Hadis: “Jangan ijinkan masuk ke rumahnya melainkan yang diijinkan A suaminya.” (Riwayat Tarmizi)

clip_image010

Tidak mau menerima petunjuk suaminya.
Maksud Hadis: “Isteri yang durhaka hukumnya berdosa dan dapat gugur nafkahnya ketika itu. Jika ia tidak segera bertaubat dan memint ampun dari suaminya, Nerakalah tempatnya di Akhirat kelak. Apa yang isteri buat untuk suami adalah semata-mata untuk mendapat keredhaan Allah SWT”

clip_image011

Minggu, 26 Mei 2013

Etika Bergaul Seorang Muslimah

 

 

Wanita  beda dengan Laki-laki. Dalam menjalankan aktivitas pun sangat berbeda. Tapi hukum syara’ memandang sejajar antara Laki-laki dan Wanita .

* ôs)s9ur $oYøB§x. ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur šÆÏiB ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# óOßg»uZù=žÒsùur 4n?tã 9ŽÏVŸ2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxŠÅÒøÿs? ÇÐÉÈ

 

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan,” (QS Al Isra ; 70)

Kita membahas aktivitas Wanita  batasannya seperti apa saja. Kadang, jika melihat dan menilai, secara tidak sengaja telah terjadi pelanggaran hukum syara’. Biasanya, di kalangan Wanita  terjadi pelanggaran hukum syara’ dalam konteks ijtima’ atau pergaualan dengan lawan jenis. karena mereka belum memahami aktivitas mana saja yang termasuk hayatul khas dan hayatul ‘aam. Di kalangan Wanita terkadang ada pelanggaran hukum syara’ karena sikap yang kurang tegas dan kurang mengetahui batasan aktivitas Wanita  itu seperti apa saja, dalam konteks hubungan demi muslahat masing-masing yang sesuai dengan hukum syara’ dan selanjutnya karena godaan Syetan..

Apa yang akan saya paparkan adalah aktivitas Wanita  dalam konteks hubungan interpersonal dengan Laki-laki / ijtima’I:

1.Hayatul ‘Aam

Hayatul ‘aam atau kehidupan umum bagi Wanita  adalah seputar kehidupan yang menyangkut perkara pendidikan, mu’amalah, kesehatan. Hayatul ‘aam, bagi Wanita , maknanya bahwa ia boleh bercerita tentang ketiga perkara tadi, selebihnya tidak boleh karena sudah menyangkut hayatul khas..

Bagi Laki-laki manapun hanya cukup untuk mengetahui ”hayatul ’aam” kehidupan umum-nya saja, seperti contoh diatas ; pendidikan, tempat tinggal, hobi, aktivitas di lembaga dll. Sedangkan hayatul khas, sudah sangat privasi sekali yang menyangkut kehidupan pribadi (keadaan keluarga, keadaan dirinya) di luar itu konteksnya sudah hayatul khas.

Bagi Wanita  tidak boleh menceritakan hal-hal pribadi pada ajnaby (orang asing). Wanita  boleh menceritakan hal-hal terkait pribadinya jika ia telah dikhitbah untuk lanjut ke jenjang pernikahan.

Dan ketika berinteraksi dengan lawan jenis Wanita  diharapkan bertindak dan berbicara seperlunya saja, tegas dan jelas. Dalam aktivitas yang berkaitan dengan lawan jenis, seorang Wanita  seringkali mudah melakukan pelanggaran. Mungkin karena secara psikologis Wanita  memiliki karater ingin diperhatikan atau malah kadang cari perhatian agar bisa berinteraksi dengan lawan jenis, apalagi kalau sudah menyangkut “masalah hati.”

Tapi berinteraksi dengan Laki-laki dalam konteks mendiskusikan ilmu, menurut saya ini dibolehkan, tapi, ada beberapa hal kita sendiri bisa menjaminnya sesuai dengan perkataan Rasulullah Saw, “Jika kalian tidak memiliki rasa malu maka bertindaklah sesuka kalian.”

Yang dimaksud hal-hal yang kita harus bisa menjaminnya adalah kemungkinan timbulnya fitnah. Mungkin kita bisa berdalih dengan mengatakan “Saya dengan dia cuma teman, hanya sebatas sharing ilmu.” Tapi saya berpendapat sebaiknya dicari “aman” nya saja, karena fitnah itu diibaratkan mencemarkan dan menjatuhkan kehormatan seorang Wanita  dan manjaga ’iffah / kehormatan itu wajib hukumnya.

Mubah hukumnya untuk berinteraksi dengan Laki-laki dalam masalah ilmu, kareka khawatir seorang Wanita  akan menceritakan sesuatu yang masuk dalam wilayah khas, sehingga yang mubah menjerumuskan ke haram.

Dalam hal ini saya ingin mengutip perkataan Abu Bakar, “Berhati-hatilah dalam bertindak karena dari hati-hati tadi memberikan manfaat bagimu.”

2.Hayatul khas

Hayatul khas atau kehidupan khusus adalah perkara seputar pribadi dan ini hanya boleh di ketahui oleh keluarga ‘mahram’ dan sesama kaum perempuan dalam lingkungan kita. Contohnya, menceritakan keadaan dirinya dan keluarganya, target hidup, target dakwah dll. secara detil, kecuali seorang Wanita  sudah dikhitbah.

Seorang Laki-laki yang faham akan apa arti kehormatan bagi seorang Wanita  pasti maklum atas sikap tegasn seorang Wanita  dan tidak dimaknai sebagai sikap jaim (jaga image) atau jutek, terlalu saklek atau apalah namanya. Tegas bukan berarti memaksa agar pandangannya di terima atau egois tapi demi menjaga kehormatan.

Intinya, dalam hal ini sangat dibutuhkan ketegasan dari masing-masing pihak, baik maupun Wanita  untuk menjaga ‘iffahnya masing-masing. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya perkara halal itu jelas, dan perkara haram itu jelas; serta di antara keduanya terdapat perkara mutasyabihat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjauhi syubhat, sungguh ia telah terbebas dari dosa, dalam agama dan kehormatannya. sebaliknya, siapa yang terjerumus pada perkara syubhat berarti ia telah terjerumus dalam perkara haram,” (HR. Imam Bukhari, Muslim dan ashabun Sunan)

Rabbanaghfirlanaa dzunuubanaa isyraafanaa fii amrina. Wallahu’alam.

Sumber http://izisfm.wordpress.com/2010/04/24/etika-bergaul-seorang-muslimah/#more-1500