Selama ini, yang namanya “kecerdasan” senantiasa dikonotasikan dengan “Kecerdasan Intelektual” atau yang lazim dikenal sebagai IQ (Intelligence Quotient).
Namun pada saat ini, anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya tertumpu pada dimensi intelektual saja sudah tidak berlaku lagi. Selain IQ, manusia juga masih memiliki dimensi kecerdasan lainnya, yaitu : Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient).
Memasuki abad 21, legenda IQ (Intelligence Quotient) sebagai satu-satunya tolok ukur kecerdasan yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan manusia, digugurkan oleh munculnya konsep Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient). Kecerdasan manusia ternyata lebih luas dari anggapan yang dianut selama ini. Kecerdasan manusia bukanlah merupakan suatu hal yang bersifat dimensi tunggal semata, yang hanya bisa diukur dari satu sisi dimensi saja (dimensi IQ). Kesuksesan manusia dan juga kebahagiaannya, ternyata lebih terkait dengan beberapa jenis kecerdasan selain IQ. Menurut hasil penelitian, setidaknya 75% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya (EQ) dan hanya 4% yang ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya (IQ). Gay Hendrick, PhD dan Kate Ludeman, PhD, keduanya konsultan manajemen senior, mengadakan sebuah penelitian pada 800-an manajer perusahaan yang mereka tangani selama 25 tahun. Dari hasil penelitian disimpulkan, bahwa para pemimpin yang sukses ternyata lebih mengamalkan nilai-nilai rohaniah atau nilai-nilai sufistik ketimbang pengedepankan sisi intelektual semata.
Pengertian EQ
Istilah kecerdasan emosi (EQ) baru dikenal secara luas pada pertengahan tahun 1990 dengan diterbitkannya buku Darnel Goleman : Emotional Intelligence.
Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi (Emotional Intellegence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Menggunakan ungkapan Howard Gardner, kecerdasan emosi terdiri dari kecakapan, diantaranya : intrapersonal intelligence dan interpersonal intellegence. Intrapersonal intelligence merupakan kecakapan mengenali perasaan kita sendiri yang terdiri dari:
- Pertama; kesadaran diri meliputi : keadaan emosi diri, penilaian pribadi dan percaya diri.
- Kedua; pengaturan diri meliputi : pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada adaptif dan inovatif.
- Ketiga; motivasi meliputi : dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis.
Sedangkan interpersonal intelligence merupakan kecakapan berhubungan dengan orang lain yang terdiri dari :
- Pertama; empati meliputi : memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis
- Kedua; ketrampilan sosial meliputi : pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan koperasi serta kerja team.
Tiga langkah kembangkan EQ (Emotional Quotient)
Langkah 1. Membuka hati: ini adalah langkah pertama karena hati adalah simbol pusat emosi. Hati kitalah yang merasa damai saat kita berbahagia, hati kita merasa tidak nyaman ketika sakit, sedih, marah atau patah hati. Kita mulai dengan membebaskan pusat perasaan kita dari impuls dan pengaruh yang membatasi kita untuk menunjukkan cinta satu sama lain.
Langkah 2. Menjelajahi dataran emosi: sekali kita telah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam kehidupan. Kita dapat berlatuh cara mengetahui apa yang kita rasakan. Kita mengetahui emosi yang dialami orang lain. Singkatnya, kita menjadi lebih baik dan bijak menanggapi perasaan kita dan perasaan orang di sekitar kita.
Langkah 3. Mengambil tanggung jawab: untuk memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan, kita harus mengambil tanggung jawab. Kita dapat membuka hati kita dan memahami peta dataran emosional orang di sekitar kita.
Pengertian SQ (Spiritual Quotient)
Menurut Danah Zohar, kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Pandangan lain juga dikemukakan oleh Muhammad Zuhri, bahwa SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.
Tujuh Langkah Kembangkan SQ
- Kita harus menyadari ada dimana kita sekarang. Langkah ini untuk menggali kesadaran diri, yang pada gilirannya menuntut kita menggali kebiasaan merenungkan pengalaman diri maupun orang lain.
- Jika dari hasil renungan mendorong kita untuk merasa bahwa kita dapat lebih baik maka tentunya harus ada keinginan pada diri kita untuk merubah diri.
- Kita harus mengenali diri sendiri, letak pusat kita dan motivasi kita yang paling dalam.
- Apakah penghalang yang merintangi kita? Apa yang mencegah kita sehingga menjalani kehidupan di luar pusat kita. Buatlah daftar penghambat dan kembangkan pemahaman tentang cara menyingkirkan hambatan itu.
- Praktik atau disiplin apa yang kita ambil?
- Sekali lagi renungkan setiap hari apakah ada makna disitu ?
- Sementara kita melangkah di jalan kita sendiri, namun sadarlah bahwasanya masih ada jalan lain untuk kita tempuh.
Kembangkan Secara Harmonis :
Secara singkat telah diuraikan, bahwa manusia mempunyai tiga dimensi kecerdasan, yakni : Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Ketigatiganya hendaknya dikembangkan secara harmonis atau dengan kata lain secara seimbang, serasi dan juga sinergis. Tujuan pengembangan itu tidak lain adalah untuk melejitkan ketiga-tiganya. Itulah yang sekarang diperkenalkan oleh Ir. Agus Nggermanto dengan Konsep Kecerdasan Quantum (Quantum Quotient). Manusia yang ketiga dimensi kecerdasan atau kemampuan dirinya sudah dikembangkan melalui konsep Quantum Quotient (QQ) menurutnya akan menjadi “manusia Quantum”. Pengejawantahan dari manusia Quantum adalah manusia yang tidak hanya jitu IQ nya, tetapi juga matang EQ dan SQ nya.©
rujukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar