بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Assalamu'alaikum ....Selamat Datang......di Web.UPTD PENDIDIKAN TK,SD dan PLB Kec.Lengkong Kab Nganjuk...

Selasa, 02 April 2013

Iri dan Dengki Penyakit Hati

 


clip_image001

Dengki, hasud / iri hati yang tidak baik ialah perasaan tidak senang atau tidak rela bila orang lain mendapatkan nikmat anugerah dari Tuhan, serta menghendaki hilangnya nikmat itu dan agar supaya nikmat tadi berpindah kepadanya.

Dengki atau hasud adalah termasuk perangai buruk serta budi yang tercela yang bagi kita umat Islam harus berusaha keras untuk menjauhinya, oleh karena janganlah seseorang mengharapkan kekayaan, derajat ataupun lainnya tentang hal keduniaan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kepada orang lain yang tidak dapat ia mencapainya karena segala sesuatu yang telah terjadi di dunia ini berjalan menurut apa yang telah ditakdirkan oleh Allah sejak zaman azali.

Tidak semua kehendak manusia dapat tercapai, Tuhanlah yang menentukan. Manusia tidak dapat menentukan terhadap diri sendiri.

Tiap-tiap manusia baik laki-laki maupun perempuan mendapat bagian menurut apa yang telah diusahakannya.. Dalam pengamatan saya, ada beberapa karakter negatif yang umum berada dlm lingkungan sosial seperti : berkata kasar dan sinis, bersumpah serapah, iri dengki, tidak sportif dan sombong.

Sebagian manusia tidak mampu mengelakkan dirinya dari sifat iri dan dengki. Dengki kepada rekan yang baru naik jabatan, dengki kepada tetangga yang punya mobil mewah, dengki kepada saudara yang anaknya sarjana dan dengki kepada seorang ustadz yang memiliki pasangan lebih baik dari pasangannya dan lain sebagainya.

Rasa dengki dan iri baru tumbuh manakala orang lain menerima nikmat. Biasanya jika seseorang mendapatkan nikmat, maka akan ada dua sikap pada manusia.

 

clip_image002

Pertama, ia benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasud, dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama itulah yang dilarang sedang yang kedua diperbolehkan.

Beberapa Kisah Al Qur’an tentang Orang-orang yang Dengki

Dalam bahasa sarkasme, orang pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana, dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu berkait dan berkelindan. Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelimang lara. Allah Ta’ala menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya, yang artinya: “Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya.” (QS. Ali Imran: 120)

Dengki juga merupakan sikap orang-orang ahli Kitab. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Kebanyakan orang-orang ahli Kitab menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, disebabkan karena kedengkian (hasad) yang ada dalam jiwa mereka.” (QS. Al Baqarah: 109)

Terhadap orang-orang pendengki tersebut Allah Ta’ala dengan keras mencela: “Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” (QS. An Nisaa’: 54)

Rasulullah Saw bersabda Hasad, iri, &, dangki akan mengerogoti dan memakan segala kebaikan sebagai mana api membakar kayu api yang kering”. Jika seseorang melakukan amal kebaikan (shalat, puasa, infak dsb) ia sedang berada dalam wadah kebaikan yang akan mendapatkan pahala dari Allah Swt sebagai imbalanya. Namun, ada satu jenis penyakit yang sangat membahayakan sekali terhadap eksistensi/nilai amal maupun yang punya amal, dialah penyakit Hasad, iri dan dengki. Seperti yang di sabdakan Rasulullah Saw di atas, sehingga amal ibadah yang kita lakukan akan menjadi sia-sia belaka “Minyak Abis samba indak lamak” begitu kata orang MinangKabau mengibaratkanya.

Orang pintar bilang, hidup ini adalah perjuangan, perjuangan butuh pengorbanan baik dalam ujud materi, tenaga maupun pikiran. Begitu juga dalam mengarungi lautan kehidupan ini, hidup dalam bermasyarakat apalagi di zaman sekarang (moderen), baik dalam berelasi, berkongsi, berserikat dsb kecendrungan untuk selalu menjadi yang terdepan dalam meraih hasil yang terbanyak sangatlah tinggi ( baca: persaingan). Jikalau diri sampai lepas kontrol dalam meyingkapinya jelas kegagalanlah yang akan menghampiri kita, yang berimbas pada kegalauan pikiran dan kegoncangan jiwa, yang di iringi dengan munculnya berbagai macam penyakit seperti stres, depresi, tekanan jiwa, sampai pada penyakit hati yang sangat berbahaya seperti lahirnya sifat hasad, iri dan dengki.

Sangat ironi sekali sebagai umat islam yang mengaku beriman dan selalu bersyukur masuk rumah sakit hanya gara-gara mendengar/di perdengarkan tetangga kita membeli televisi, kulkas, rumah baru, mobil baru, temannya mendapat jodoh, dsb. Namun, hal ini akan jauh dari kehidupan kita kalau tabiat dan sifat-sifat yang di larang agama, baik secara luas maupun sempit, baik secara umum maupun khusus, serta selalu mengutamakan sifat syukur nikmat, lapang dada, sabar, saling berbagi dsb.

Dengki pada hakekatnya berkorelasi dengan konstelasi pribadi seseorang yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan diri sendiri, senang melihat orang lain di timpa kesusahan dan susah melihat orang lain mendapat nikmat. Pada dasarnya pendengki akhlaknya sangat buruk sekali, pikiranya kotor serta selalu mencari kesalahan orang lain dengan berbagai macam cara.

 

Sementara diri secara gaib akan di pengaruhi dan di goda Setan dan Iblis yang merupakan musuh yang nyata bagi manusia bahkan akan terus memompa dan memanas-manasi manusia dengan memunculkan keinginan-keinginan buruk untuk menghalalkan segala cara, yang berawal dari memperturutkan hawa nafsu. Atas keberadaan Setan dan Iblis ini yang akan terus berusaha membawa umat manusia ke lembah kenistaan dan kehinaan, telah di beritahukan Allah Swt dalam Qs Yassin-60 “ Bukankah Aku telah memerintahkan padamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah (menuruti bisikan Syaitan?). Sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu “. Sabda Rasulullah Saw ‘ Telah masuk kedalam tubuhmu penyakit-penyakit umat terdahulu (yaitu)Hasad, Iri, Dengki, itulah yang akan membinasakan agama, bukan dengki dan iri mencukur rambut “. ( Hr. Ahmad & Tarmizi ).

Begitu juga penyakit hasad, iri dan dengki ini juga menimpa anak keturunan Nabi Adam ( Qabil) yang terus di kompori oleh iblis untuk memiliki saudara kembar yang bukan haknya dengan melampiaskan kedengkian hatinya pada adiknya sendiri (Habil). Sehingga jatuhlah claim terhadap diri si Qabil sebagai pelaku pembunuhan pertama di atas bumi ini, sedangkan darah pertama yang membasahi bumi Allah ini adalah darah dari tubuh si Habil. Hal ini tidak akan pernah bisa di bendung sampai akhir zaman selama sifat hasad, iri, dengki sifat, sombong, pongah dan sifat-sifat buruk lainya tetap di pelihara dalam hati setiap manusia.

 

Sebab-sebab Dengki

Rasa dengki pada dasarnya tidak timbul kecuali karena kecintaan kepada dunia. Dan dengki biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antar keluarga, antarteman sejawat, antar para guru satu sekolahan, antar tetangga dan orang-orang yang berdekatan lainnya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama sekali.

Kecintaan kepada dunia yang mengakibatkan dengki antarsesama disebabkan oleh banyak hal. Di antaranya karena permusuhan. Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah musuhnya. Diusahakanlah agar jangan ada kebajikan pada orang tersebut. Bila musuhnya itu mendapat nikmat, hatinya menjadi sakit karena bertentangan dengan tujuannya. Permusuhan itu tidak saja terjadi antara orang yang sama kedudukannya, tetapi juga bisa terjadi antara atasan dan bawahannya. Sehingga sang bawahan misalnya, selalu berusaha menggoyang kekuasaan atasannya.

Sebab kedua adalah ta’azzuz (merasa paling mulia). Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut apabila koleganya mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.

Sebab ketiga, takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk kepadanya.

Sebab keempat, merasa ta’ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya.


Sebab kelima, takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi. Bila tidak, dan persaingan terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan kalah. Dalam hal ini bisa kita misalkan dengan apa yang terjadi antardua wanita yang memperebutkan seorang calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di hadapan gurunya, seorang alim dengan alim lainnya untuk mendapatkan pengikut yang lebih banyak dari lainnya, dan sebagainya.

Sebab keenam, ambisi memimpin (hubbur riyasah). Hubbur riyasah dengan hubbul jah (senang pangkat/kedudukan) adalah saling berkaitan. Ia tidak menoleh kepada kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada tolok bandingnya. Jika ada orang di pojok dunia ingin menandingi-nya, tentu itu menyakitkan hatinya, ia akan mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu mati saja, atau paling tidak hilang pengaruhnya.

Sebab ketujuh, kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah. Ia gembira jika disampaikan khabar pada-nya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya. Sebaliknya ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan berhasil mencapai kesuksesan yang dicarinya. Orang semacam ini senang bila orang lain terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik dan simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh padanya, agar ia tidak jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela Allah memberi nikmat kepada orang lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.


clip_image003

Tips menghadapi orang-orang yang berkarakter buruk :

1. jangan terpancing emosi atau sakit hati, tetaplah jernih berpikir
2. tak usah membalas apalagi melabrak
3. jangan menjelek-jelekan mereka
4. ramahlah pada mereka
5. jangan kucilkan mereka
6. berbaik sangkalah pada mereka
7. balas dengan perkataan yang sopan
8. ajaklah berbicara empat mata
9. jangan sinis menghadapi mereka
10. kasihanilah mereka dengan mencoba menyadarkan mereka
12. maafkan mereka

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar